- Back to Home »
- ALL , Backpacker , BagPacker Asia , Mancanegara »
- Namaste! Nepal (16 Days Nepal Trip - Part 2)
Posted by : fajarsardi
Mar 21, 2017
26 Februari 2017
Setelah
menikmati tidur yang lumayan lelap, pukul 07.30 kami langsung diantar free
shuttle ke bandara suvarnabhumi. Buat teman – teman yang sedang transit di
Bangkok (khususnya suvarnabhumi) lebih dari 6 jam emang lebih baik melakukan
reservasi hotel transit. Banyak kok hotel yang murah, salah satunya adalah BS
Residence dengan harga ±230rb permalam. Emang bener sih, daripada harus nginap
dibandara (yang gue lakukan saat balik nanti) emang better nginap dihotel
transit. Kenapa? Yang pertama adalah kita bisa mandi dan bersih – bersih,
apalagi malam hari badan pegal – pegal mandi air hangat sangatlah menyenangkan.
Kedua, kasur empuk buat tidur nyenyak. Ketiga, free shuttle bus dari dan ke
bandara.
Bandara
Suvarnabhumi merupakan satu dari dua bandara yang ada dibangkok. Satu lagi
adalah don Mueng international airport. Kedua bandara tersebut masih
berfungsi melayani penerbangan domestic
dan international. Bandara Suvarnabhumi lebih melayani penerbangan full service
sedangkan untuk Don Mueng lebih kepada penerbangan low cost carrier. Jadi sebelum berangkat pastikan lo akan
berangkat dari bandara mana di Bangkok.
Flight
gue ke Kathmandu (TG319) pukul 10:30. beruntung kami berangkat lebih cepat.
Bandara Suvarnarnabhumi. Karena apa?? Bandara ini super duper sibuk. Bayangkan
aja, untuk antri pemeriksaan barang (X-ray) antrian mungkin sepanjang 500
meter. Ini adalah antrian terpanjang yang pernah gue alami. Untuk pemeriksaan
aja gue menghabiskan waktu kurang lebih 1,5 jam
Antrian yang mengular dipemeriksaan (Screening) |
Interior
pesawat Thai airways ini sangat unik, karena kursinya berwarna – warni. Namun
keramahan crew masih kurang dibanding dengan Garuda Indonesia. Corak warna warni kursi
juga membuat pesawat ini terlihat kurang elegan, namun sewaktu balik kami
mendapatkan warna kursi yang bagus (coklat ) bukan berwarna. Mungkin yang
paling enak adalah makanannya haha, gue order halal food untuk semua
penerbangan. Bervariasi mulai dari nasi briyani dilengkapi dengan shashimi dan
snack sampai perut kenyang. sayang menunya gak terfoto karena kelaparan hahaha.
Penerbangan
Bangkok – Kathmandu berlangsung selama kurang
lebih 3 jam. Setengah jam pertama
dihabiskan dengan makan dan nonoton di inflight entertainment. Dan
selebihnya... Tidur. Setengah jam sebelum mendarat kami dibangunkan untuk persiapan
mendarat di Tribuvan Airport kathmandu. Sebaiknya minta window seat sebelah
kanan untuk penerbangan ke Kathmandu karena sebelum tiba di kathmandu dan jika
cuaca baik maka akan disuguhi pemandangan gugusan pegunungan himalaya
Kalo gak bisa bahasa Nepal, cukup
menghapal satu kata itu :D
Pukul 13.00 kami tiba di Tribuvan International
airport di kathmandu. Setelah turun pesawat, udara sejuk langsung menerpa
wajah. Saat itu suhu udara berkisar 16ºC disiang hari. Masih cukuplahdengan
jaket satu layer. Setelah turun kami langsung menuju counter Visa On Arrival
(VOA).
Untuk memasuki Nepal, WNI dan beberapa
negara lainnya tidak perlu mengurus Visa. Hal ini berlaku untuk wisata. Namun,
jika untuk kegiatan lainnya visa pengurusan visa masih diperlukan. Kedutaan
Nepal yang melayani WNI berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk VOA, kita
diberikan pilihan lama tinggal dengan biaya yang berbeda – beda. Untuk 15 hari
seharga $25, 30 hari seharga $40 dan 90 hari seharga $100 berlaku multiple
entry.
Untuk pembayaran hanya menerima foreign
currency seperti USD, JPY, MYR, SGD, EUR dll. Saya lupa mata uang apa aja yang
di accept namun ada sekitar 7 mata uang dan tidak termasuk IDR :’( jadi lebih
baik tukar uang ke USD terlebih dahulu ya...
Untuk mempermudah dan mempercepat proses,
sebaiknya sebelum sampai di Nepal kita udah isi Form Visa On Arrival terlebih
dahulu sehingga nantinya hanya tinggal antri untuk membayar biaya Visa. Sewaktu
dipesawat form ini juga dibagikan. Dan jangan lupa sediakan pas foto ukuran 3x4
dan/atau 4x6 kurang lebih 8 lembar untuk keperluan visa dan juga pengurusan
trekking permit (trekking permit wajib ada foto). Namun tenang aja jika belum
mengisi form karena disediakan mesin foto dan juga komputer untuk pengisian
aplikasi visa di bandara.Satu hal yang perlu diperhatikan. Atau lo bisa ambil
form dari sini
”Indonesia tidak memiliki kedutaan ataupun konsulat di Nepal”
Kedubes terdekat dan yang menghandle WNI
di Nepal adalah Kedubes Bangladesh, jadiii kalau ada masalah di nepal, lo harus
ke bangladesh buat ngurusnya. Dan kalau paspor lo hilang gue juga bingung
gimana caranya ngurus ke bangladesh sedangkan paspor buat ke bangladeshnya gak
ada haha. So, jaga harta lo yang paling berharga selama di Nepal yaitu ”paspor”!
Gak ada masalah sewaktu pengurusan VOA,
setelah membayar sebesar $25 untuk 15 hari maka akan dikasi resi pembayaran dan
langsung menuju petugas imigrasi. Stiker voa akan ditempel oleh petugas
imigrasi and officialy you’re entering Nepal.
Setelah clear masalah imigrasi dan claim
baggage, kami langsung menuju Nepal Tourism Board (NTB) untuk mengurus trekking
permit yaitu TIMS (Trekker Information Management System) dan ACAP (Annapurna
Conservation Area Permit).
TIMS dan ACAP adalah permit yang mandatory
untuk melakukan trekking di kawasan konservasi Annapurna. TIMS berfungsi
sebagai pengenal sedangkan ACAP adalah izin memasukinya. Namun, jika lo mau
pergi ke Everest Base Camp maka izinnya berbeda lagi. Kedua izin ini dapat di urus di Kathmandu atau
Pokhara, terserah yang mana menurut lo lebih gampang. Karena kami masih
memiliki waktu di Kathmandu maka kedua izin tersebut kami urus di NTB di
Kathmandu.
Setelah keluar dari bandara banyak sekali
supir taxi yang menawarkan jasanya dengan tarif yang beraneka ragam. Mulai dari
Rs1000 sampai ada yang menawarkan Rs700. harga normal dari Tribuvan
International Airport berkisar antara Rs500 s/d Rs1000. supaya lenih murah,
jalanlah keluar ke area parkir karena disana banyak taxi yang lebih murah.
Untuk harga taxi ke thamel mereka menawarkan harga Rs700 namun kami mendapatkan
harga Rs500. namun, karna tujuan kami bukan ke thamel melainkan ke NTB maka
supir tersebut menawarkan harga Rs700 dan kami langsung mengiyakan karena
jaraknya berlawanan arah dengan thamel.
Kathmandu merupakan ibu kota Nepal dimana
sepanjang perjalanan kami disuguhi kota yang bisa dikatakan tertinggal. Menurut
gue, gak ada kota diindonesia yang menggambarkan keadaan kathmandu. Jelas saja,
kota ini enar – benar dipenuhi debu, hampir mirip dengan phonm penh, hanya saja
bangunan di kota Phnom Penh jauh lebih bagus. Mungkin Katmandu ini seperti
indonesia di tahun 80-an.
Setelah 20 menit berkendara sampailah kami
di NTB.
Pengurusan TIMS dan ACAP memakan waktu ±1
jam. Tata cara pengurusan sanga mudah tinggal tanya aja pengurusan timsdan acap
dengan reseptionist yang cantik hehe. Biaya pengurusan TIMS adalah Rs2000 dan
ACAP Rs2000 jadi total untuk pengurusan trekking permit adalah Rs4000. oh ya,
jangan lupa menukarkan USD ke NPR dibandara ya. Tapi secukupnya saja....
kalkulasikan aja ongkos taksi dan biaya pembuatan permit. Tukar $50 sudah cukup
karna rate dibandara lebih murah daripada di Thamel.
![]() |
ACAP Permit |
![]() |
TIMS Permit |
Thamel, tempat singgahnya para pendaki.
Setelah selesai mengurus trekking permit,
kami melanjutkan perjalanan ke thamel menggunakan taksi. Oh ya, kami tetap
menggunakan taksi yang dari bandara mengingat barang bawaan kami yang lumayan
berat,jadi dengan harga Rs1200 taksi tersebut menunggu kami sampai
selesaimenguruh permit dan mengantar ke thamel.
Gak terlalu jauh, mungkin sekitar
20menitan ditambah macet, kami melewati Kathmandu yang berdebu dimana – mana.
Sekitar pukul 17.00 kami sampai di thamel.
Welcome to Thamel
Themel
merupakan rumah para trekkers, iya. Thamel ini tempat berkumpulnya para
trekkers sebelum pergi mendaki. Disini banyak sekali terdapat guest house. Mau
yang mahalll sampai yang sangat murah
seperti yang kami pesan hehe. Semua ada disini. Kami menginap di Trekkers Home, thamel. Emang hotel murah dan
fasilitas standard Maklumlah harga USD9 untuk twin room, hehe. untuk mencari lokasi guest house ini pada awalnya sangat susah, bahkan susah banget haha. karena thamel merupakan kumpulan jalan (read: gang) sempit yang berlabirin.. susaaah pokoknya. malam har aja gue sampe nyasar berkali - kali buat cari jalan pulang. so, kalau lo gak ada kuota internet buat cari hotel disini, alangkah baiknya minta antar langsung sama supir taxi . But, pemilik
atau managernya sangat baik. Kami sangat merekomendasikan buat kalian yang
berbudget rendah seperti gue hehe. Dari
hotel ini juga kami memesan tourist bus Kathmandu
– Pokhara seharga Rs700 dan kami menukar USD disini dengan harga yang lumayan
bagus.
Hari ini udara agak dingin, mungkin
sekitar 14ºC. cukup dinginlah bagi orang tropis. Tapi emang udah niat buat
belanja kebutuhan mendakiyang gak kami penuhi di indonesia. Kami belanja
trekking pole (wajib yaa) dan beberapa perlengkapan lainnya. Kalau pergi
sebelum maret maka wajib hukummnya pakai down jacket, sleeping bag kemudian
jangan lupa sewa crampons dan rain coat. Wajib yaa jangan main main haha. Karena kalau sudah musim dingin jalanan
bersalju dan pasti licin. Harga untuk perlengkapan outdoor juga sangat murah
disini, tapi ya kualitas harus diperhatikan yaa. Untuk trekking pole saja
seharga Rp100rb per pair. Kalau di Indonesia mungkin harganya lebih 2x lipat.
Setelah berkeliling dikawasan thamel,
kamimulai mencoba mencari makan. Pada awalnya susahnya bukan main untuk mencari
makanan halal disini. Karna internet juga belum aktif mau gak mau kami
mengandalkan warga lokal namun tetap saja susah ditemukan. Kahirnya kami
berhenti karna sudah terlalu lapar dan mencoba ”Momo” makanan khas Nepal.
Jalanan Thamel |
Selfie wkwkwk |
Thamel, malam hari. udah gk tau jalan pulang. |
Thamel Night life |
Sudut Thamel. jangan tanya bagian mananya hehe krn ini nyasar |